FAHMAN INSTITUT
Minggu, 05 Agustus 2012
Ringkasan berita Fahman di RRI
Jumat, 11 Juni 2010
KEPEMIMPINAN KAUM MUDA
Gegap gempita dan euphoria peringatan HARI BESAR NASIONAL dan hut proklamasi kemerdekaan republik indonesia setiap tanggal 17 agustus selalu membahana diseluruh penjuru nusantara pada setiap tahunnya, tak pelak peringatan ini menghamburkan dana dan mengalirkan hujan keringat serta air mata haru bagi rakyat indonesia khususnya banyak kegiatan dan perlombaan yang memupuk rasa kebersaman dan persatuan namun tak mampu memupuk secara maksimal rasa nasionalisme dan keinginan untuk memiliki secara utuh dan menjadi bangsa indonesia seutuhnya, karena setiap kegiatan yang diadakan hanya sebagai hiburan belaka.
Sebaliknya jarang sekali kita temui suatu kegiatan yang bertujuan menciptakan sebuah perubahan untuk kemajuan negeri tercinta ini misalnya pemberantasan korupsi hanya menjadi tugas penegak hukum tidak banyak peran masyarakat disana, pembasmian pelaku illegal loging yang mengancam ekosistem dan salah satu penyebab perubahan iklim juga hanya menjadi peran penegak hukum.
Momentum peringatan sepuluh tahun reformasi, enam puluh tiga tahun kemerdekan republik indonesia dan satu abad kebangkitan nasional beberapa waktu tahun yang semestinya membawa bangsa ini kedalam proses konsolidasi demokrasi yang lebih dewasa. Namun hingga detik ini cita-cita reformasi belum bisa menunjukkan peran yang berarti untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi republic ini Reformasi Hanya Menciptakan Politisi-Politisi Baru Dengan Berbagai watak,dan tingkah laku namun reformasi belum bisa menciptakan seorang negarawan sejati, terbukti dengan belum puasnya beberapa kalangan masyarakat seperti ,rakyat miskin, kaum petani dan nelayan, kaum buruh dan pekerja bahkan pelaku reformasi itu sendiri.
Beberapa amanah reformasi yang menjadi inspirasi perjuangan elemen muda yang berbalutkan almamater disaat runtuhnya rezim tiran orde baru yang berkuasa selama tiga puluh dua tahun belum bisa seutuhnya diwujudkan menjadi sebuah kenyataan. Penegakan hukum terkesan tebang pilih dan bermuatan politis, pemberantasan korupsi belum menyentuh koruptor kakap, penyelesaian kasus ham yang masih dianggap baru sebatas wacana. Belum stabilnya harga bahan kebutuhan pokok, tingkat kriminalitas yang begitu tinggi, pembangunan infrastruktur yang belum merata, pengembangan sumber daya manusia belum maksimal, tingkat pengangguran yang merata diseluruh daerah, pemberantasan kemiskinan yang juga belum maksimal ,asset-aset vital negara seperti pertambangan energi, teknologi komunikasi dan informasi mayoritas dikuasi oleh perusahaan asing. Persoalan kebangsaan yang begitu pelik dan rumitnya ini ibarat menyulam dengan benang yang kusut mengurainya bukan suatu hal yang sederhana jika ditarik benang yang satu maka benang yang lain akan putus atau semakain kusut solusinya adalah dengan mangganti dengan benang yang baru agar bisa menyelesaikan sulaman yang lain. Sudah semestinya kita harus memiliki komitmen besar untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada agar generasi muda negeri ini bisa menatap masa depan yang cerah, mungkin sudah saatnya kita mempertimbangkan kepemimpinan kaum muda yang masih memiliki semangat dan energi positif dengan idialisme yng ada serta belum memiliki dosa-dosa politik masa lalu apalagi kaum muda selalu meneriakan tuntutan perubahan walaupun dengan cara revolusi gerakan kaum muda asalkan kesejahteraan dan kemakmuran bisa terwujud tidak akan menjadi masalah.
Kepeloporan kaum muda bukan saja bergema akhir-akhir ini namun jauh sejak awal mula berdirinya bangsa ini ketika didirikannya organisasi boedi oetomo pada tahun 1908 sehingga melahirkan tokoh-tokoh muda pada masa setelah itu seperti soekarno dan muhammad hatta.
Bergulirnya kembali wacana kepemimpinan muda bukan tidak berdasar dan memiliki alasan yang kuat namun merupakan sebuah keniscayaan untuk mewujudkan cita-cita luhur para pendiri republik ini yang diantaranya ingin “mandiri dibidang ekonomi, berdaulat dibidang politik dan berkepribadian dalam social dan budaya”. Untuk menyambut perkembangan yang begitu pesat dan serba mengandalkan sistim teknologi informasi yang modern serta berubah begitu cepaatnya tantu kita harus mengembangkan program pendidikan yang berkualitas berbasis kompetensi agar tercipta sumberdaya manusia yang selalu muda dan bisa diandalkan dalam mewujudkan cita-cita tersebut, karena masih memiliki semangat yang menyala dan berapi-api .
Tidak bisa dipungkiri kekecewaan terhadap hegemoni kaum tua yang masih menduduki kepemimpinan pemerintahan dan partai politik tertentu yang tidak memberikan ruang yang maksimal terhadap kaum muda untuk ikut berkiprah sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki menjadi salah satu faktor yang menyebabkan pemberontakan batin kaum muda untuk segera merebut tampuk kepemimpinan jika ini dibiarkan maka kegelisahan ini akan mengelinding seperti bola salju yang semakin lama semakin membesar dan menghantam pendahulunya yang selalu ingin berkuasa tampa secara serius ingin mewujudkan masyarakat adil dan makmur “gemah ripah loh jinawi” tapi malah sebaliknya. Jika kondisi ini tidak disadari dan dibiarkan oleh seluruh stake holders bangsa ini maka tidak menutup kemungkinan suatu saat akan terjadi revolusi gaya baru sebuah pemberontakan yang dilakukan oleh kaum muda bukan dengan cara yang dilakukan ketika runtuhnya rezim orde lama dan terjungkalnya orde baru dan berganti dengan reformasi dimana kaum muda hanya dimanfaatkan oleh sebagian elit politik saja yang notabene bukan bagian dari orang-orang muda, tetapi revolusi kali ini adalah revolusi yang secara alamiah akan menyingkirkan kelompok dinasti lawas berganti dengan kaum muda yang memiliki konsep yang jelas dan begitu setia kepada pancasila dan uud 1945 dalam upayanya untuk mewujudkan suatu negara dan bangsa yang adil, makmur, sentosa, dan mendapat limpahan rahmat, keberkatan/perlindungan, keridlaan, dan ampunan dari tuhan yang maha kuasa “baldatun toyyibatun worobbun ghofur” oleh karenanya pada pemilu 2009 yang akan kita songsong ini hendaknya menjadi momentum bagi kaum muda untuk menujukkan kekuatan dan kemampuan agar dapat merebut kekusaan tampa perlu menggunakan kekerasan dan mengeluarkan darah setetes pun melainkan perang konsep serta beradu peran dan bekerja keras dalam memikat hati rakyat, akankah kaum muda diberi kesempatan…? Atau akan munculnya sinergi antara kaum muda dan tua ? Kita tunggu saja….
namun selama matahari masih bersinar disitu akan muncul harapan baru karena…
BERGERAK ADALAH PERJUANGAN,
DIAM AKAN TERTINDAS.
MUNDUR ADALAH PENGHIANATAN.
Jumat, 12 Februari 2010
MAU BAHAGIA KOK BERAT.
Rasa itu ibarat magnet.jika sering berinteraksi maka suatu saat dia akan memiliki gaya tarik menrik antara yang satu dengan yang lainnya apalagi kalo ada daya gesekan yang cukup tinggi maka tegangan listriknya pun meningkat.,{"jangn ngeres dulu) untuk mandapatkan sesuatu yang lebih berharga tak jarang kita harus mengorbankan sesuatu yang kita miliki...sebab pilihan yang terbaik itu adalah apa yang tingkat kepastiannya tinggi dan yang memiliki kepastian tinggi itu adalah apa yang ada di depan mata kita...
Teguhkan hati..tenangkan diri serahkan semua pada tuhan karena cinta itu akan hadir biasanya seiring dengan berjalannya waktu tapi yang berhak mengatur waktu itu adalah yang punya siapa kah dia .. Yaitu Allah pemilik jagat raya dan penggenggam hati manusia jadi percayakan pada yang maha kuasa untuk mengatur waktu kita sebab kita hanya memiliki hak prerogative yaitu merencanakan saja
Kalau kita sudah menyatakan maju dalam suatu urusan yang berhubungan dengan masa depan yang tidak menentang agama jangan pernah sekali-sekali menoleh kebelakang karena itu salah satu prinsip hidup yang harus dimiliki manusia karena keberanian itu merupakan aqidah dan sangat mahal harganya dan tidak beli dengan sesuatu apapun dan berapapun
Jika kita menoleh kebelakang tantangan kedepan akan semakin berat sebab bisa saja akan ada kerikil-kerikil kecil yang menghadang.. Sehingga harapan dan masa depan bisa tersendat dan terhenti
"Kita akan merasa bahwa kita mebutuhkan sesuatu itu ketika ia telah pergi dan tidak lagi berada disamping kita begitu juga dengan hal yang sering disebut dengan cinta”
Cinta itu seperti debu ... Suatu saat dia bisa suci dan bisa mensucikan unttuk bertayammum pengganti air wudlu namun pada saat yang lain dia juga bisa merusak,mengotori, merepotkan ,dan bisa juga bikin penyakit tergantung waktu dan penempatannya.
oleh karena itu hati-hati dengan cinta itu sendiri ia akan menjadi pisau bermata dua dan akan melukai kita dan orang lain. Jangan terlalu gampang mengatasanamakan cinta dan juga jangan terlalu cepat percaya sebab pada saat yang lain dia akan menjadi tabu, namun jika cinta itu dimanfaatkan oleh yang berhak dan bertanggung jawab maka ia akan menghiasi dunia
Ada yang bilang cinta itu seperti candu termasuk candu melakukan kamasiatan
termasuk candu untuk menentang tuhan pemberi dan pemilik cinta sejati itu
Cinta juga telah mebuat orang menyembah 14 Februari setiap tahunnya sebagai harinya cinta (valentine) harinya orang bercinta meski tanpa ikatan apa-apa cinta itu sesungguhnya adalah sebuah kata-kata tercela kecuali bagi orang yang pantas merasakan dan yang pantas menerima dan mengucapakan.
Cinta itu adalah kamksiatan bagi yang melupakan Tuhan
cinta itu kemunafikan bagi orang yang manafikan kebenaran
cinta itu neraka bagi orang yang bercinta tanpa merasa berdosa apalagi jika cinta menanamkan benih atas nam cinta yang mebuat kehidupan menjadi ternoda ..
TIDAK SEMUA ORANG BERHAKMENDAPATKAN CINTA JIKA MANGATAS NAMAKAN TUHAN UNTUK MENGALALKAN CINTA SEHINGGA BEBAS BERCINTA TANPA MERASA TERCELA
Ditulis oleh: FAHMAN HABIBI
facebook: fahmanjangkat@yahoo.co.id
gambar diambil dari:http://images.google.co.id/imglanding?q=love&imgurl=http://2.bp.blogspot.com
Jumat, 05 Februari 2010
kisah tentang manusia ahli hikmah
Pada suatu hari, Lukman Hakim memerintahkan anaknya yang dicintainya untuk mengambil seekor keledai. Sang anak memenuhi dan membawanya ke hariban sang ayah. Lukman menaiki keledai itu dan memerintahkan anaknya untuk menuntun keledai. Maka perjalanan pun dimulai. Keduanya berjalan melintasi perbukitan dan tanah-tanah tandus. Hingga suatu ketika mereka berdua melintasi kerumunan orang-orang banyak. Orang-orang yang menaksikan Lukman dan anaknya yang sedang melakukan perjalanan seperti merasa suatu hal yang aneh. Mereka saling mencibir dan berbisik-bisik.
Tiba-tiba seorang berteriak, lalu diikuti oleh kerumunan yang lain, "Anak kecil itu berjalan kaki, sedangkan orang-tuanya nangkring diatas keledai, alangkah kejam dan kasarnya ia. "lalu seorang berteria, "Hai, Lelaki tua tidak tahu diri! Kau biarkan dirimu naik diatas keledai sementara kau biarkan anakmu lelah lagi kepanasan. Lukman menghentikan keledainya. Lalu Lukman bertanya kepada anaknya, “Bagaimana tanggapan orang-orang wahai anakku? Lalu dengan sopan dan berbudi, si anak menyampaikan apa yang dikatakan oleh kerumunan orang-orang tersebut.
Kemudian Lukman turun menuntun keledai. Sang anak ganti menaiki keledai. Keduanya lalu berjalan melewati keramaian di tempat lain. Tiba-tiba mereka mencemooh sang anak seraya berkata, “Anak muda itu menaiki keledai, sedangkan orang tuanya berjalan kaki, alangkah jelek dan kurang ajar sang anak.” Lukman bertanya kepada anaknya, “Bagaimana tanggapan orang-orang wahai anakku?” Sang anak menyampaikan tanggapan mereka.
Kemudian Lukman dan anaknya sama-sama menaiki keledai berboncengan. Keduanya melewati keramaian di tempat lain, tiba-tiba orang-orang mencerca keduanya seraya berkata, “Betapa kejam kedua orang itu, merka menaiki seekor keledai, padahal mereka tidak sakit, dan tidak pula lemah.” Lukman bertanya kepada orang-orang, “Bagaimana tanggapan orang-orang wahai anakku?” Sang anak menyampaikan tanggapan mereka.
Akhirnya Lukman dan anaknya turun dari keledai. Keduanya berjalan turun dari keledai. Keduanya berjalan kaki sambil menuntutnya melewati keramaian di tempat lain. Tiba-tiba orang-orang mengecam seraya berkata, “Subhanallah…… seekor himar yang sehat dan kuat berjalan? Sementara kedua orang itu menuntunnya, alangkah baiknya jika salah satu dar mereka menaikinya.” Lukman bertanya kepada anaknya,” “Bagaimana tanggapan orang-orang wahai anakku?” Sang anak kembali menyampaikan tanggapan mereka.
Akhirnya Lukman pulang kembali ke rumah. Dalam perjalanan pulang, Lukman Hakim menasehati anaknya tentang sikap manusia, katanya, “Sesungguhnya tiada terlepas seseorang itu dari percakapan manusia. Maka orang-orang berakal tiadalah dia mengambil pertimbangan melainkan kepada Allah SWT saja. Barang siapa mengenal kebenaran, itulah yang menjadi pertimbangannya dalam tiap-tiap satu.”
Kemudian Lukman Hakim berpesan kepada anaknya, katanya, “Wahai anakku, tuntutlah rezeki yang halal supaya kamu tidak menjadi fakir. Sesungguhnya tiadalah orang fakir itu melainkan tertimpa kepadanya tiga perkara, yaitu tipis keyakinannya (iman) tentang agamanya, lemah akalnya (mudah tertipu dan diperdayai), dan hilang kemulian hatinya (kepribadian), dan lebih celaka lagi daripada tiga perkara itu, ialah orang-orang yang suka merendah-rendahkan dan meringan-ringankannya.
Kemudian Lukman menesehati anaknya: “Wahai anakku, bukankah aku telah berkata kepadamu, kerjakanlah pekerjaan yang membuat engkau menjadi saleh dan janganlah menghiraukan orang lain. Dengan peristiwa ini saya hanya ingin memberi pelajaran kepadamu.”
Sumber:http://www.facebook.com/inbox/?folder=[fb]messages&page=1&tid=1088078177754 Diataptasi dari, Luqmanul Hakim wa-Hikaamuhu, Ali bin Hasan al-Athas.
Rabu, 03 Februari 2010
Kekuatan Memberi
Written by Andrie Wongso Monday, 23 March 2009 02:34
Sebagai seorang manusia, ketika kita membantu ada perasaan ingin dibalas.
sumber: www.smartfm.co.id
Minggu, 22 November 2009
Renungan Idul Adha Berkaca Kepada Mekkah dan Madinah
Mari kita berkaca kepada Mekkah dan Madinah. Mengapa? Karena Mekkah dan Madinah adalah milik kita, sedangkan keduanya menyimpan ragam cerita kebijakan untuk menjadi cermin kehidupan.
Saat ini, para tamu Allah mulai berdatangan di dua kota suci itu. Pernahkah kita membayangkan, secara fisik apa yang menarik dari kedua kota di negeri tandus nan panas itu? Belum lagi kemacetan karena lebih dari dua juta orang berkumpul dalam waktu yang bersamaan, dibutuhkan kekuatan fisik dan mental, serta kesabaran yang luar biasa. Di sana mereka hanya bertemu gunung-gunung batu yang kering, sahara yang tandus, tinggal di tenda-tenda tak berpendingin di Arafah dan Mina, -bahkan- bangunan Kakbah pun tampak sangat sederhana.
Akan tetapi perasaan bahagia berkecamuk di dalam hati para tamu Allah. Keharuan menguasai pikiran para hujjaj, hingga hati menjadi sangat peka, surga terasa dekat, hiruk-pikuk jutaan manusia yang berkumpul di lembah yang sempit itu justru menghadirkan kelapangan hati dan pikiran, keindahan persaudaraan lintas Negara, multiras, dan ragam warna kulit. Yang mengikat mereka hanya keimanan kepada Allah yang Satu dan ukhuwah yang terjalin di dalam bingkai akidah.
Keimanan dan ukhuwah, dua kata inilah yang menjadi pesan utama haji, sebuah rangkaian ibadah yang membutuhkan pengorbanan fisik dan finansial. Kita akan melihat dua pesan yang kuat ini pada kota Mekkah dan Madinah sepanjang sejarah keduanya.
Mekkah adalah tempat terbitnya wahyu dan kota kelahiran Nabi Muhammad saw. Di kota yang sibuk ini ajaran tauhid mulai dikumandangkan. Sejak Nabi saw berdiri di bukit Shafa dan berkata dengan sangat tegas, “Wahai Bani Qushay, selamatkan diri-diri kalian dari api neraka! Sesungguhnya aku tidak bisa memberikan mudharat dan tidak pula manfaat…”, hingga menyeru anaknya, “Wahai Fatimah binti Muhammad, mintalah kepadaku dari hartaku sebanyak apa yang engkau mau, tapi selamatkan dirimu sendiri dari api neraka, karena aku tidak bisa menolongmu sedikitpun dari (keputusan) Allah!” (HR. Ahmad).
Sejak itu ajaran tauhid memenuhi rongga langit Mekkah, dan beragam tantangan dihadapi dengan tabah oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya. Keteguhan menjaga akidah ini adalah cermin bening untuk berkaca dalam kehidupan kita. Mungkin kehidupan yang kita jalani tidak selalu berjalan seperti yang kita inginkan, dunia ini diciptakan berliku dan penuh duri, tetapi ketetapan hati untuk tetap di atas keimanan adalah pilihan yang tak bisa ditawar-tawar.
Itu tentang Mekkah. Sedangkan dari kota Madinah yang damai, kita dapat berkaca bagaimana merasakan indahnya ukhuwah islamiyah yang tulus, hingga menyisihkan kebutuhan pribadi, mendahulukan orang lain, dan tidak ada perasaan keberatan sama sekali dalam melakukannya. Apa yang lebih indah daripada hidup yang penuh cinta dan kasih sayang seperti ini. Tidak ada yang dapat menandingi Madinah dalam masalah persaudaraan, kasih sayang, dan cinta.
Allah memuji penduduk Madinah dalam firman-Nya: "Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Al-Hasyr: 9).
Banyak kisah yang bercerita tentang keindahan persaudaraan ini, namun ruang yang singkat ini tidak mungkin memuat semuanya. Diantaranya adalah kisah sebuah keluarga yang menghidangkan tamunya di malam hari dengan jalan mematikan lampu di rumahnya, agar tamunya makan dengan lahap dan tidak mengetahui bahwa makanan yang tersedia sebenarnya hanya cukup untuk anak mereka yang disuruh tidur sebelum makan, sedangkan suami istri itu pura-pura makan di depan tamunya di dalam kegelapan rumah, padahal sang tamu makan sendirian.
Pagi-pagi sekali, ketika orang Anshar ini datang kepada Rasulullah saw, beliau bersabda, “Allah kagum kepada fulan dan fulanah (atas perbuatannya tadi malam)”. Betapa inspiratifnya kisah ini. Mari kita bercermin kepada Mekkah dan Madinah.
FBQ
http://www.facebook.com/notes/ahmad-faris/renungan-idul-adha-2-berkaca-kepada-mekkah-dan-madinah/183745104654#/notes/ahmad-faris/renungan-idul-adha-2-berkaca-kepada-mekkah-dan-madinah/183745104654
Senin, 08 Juni 2009
RINTIHAN ITU BELUM JUGA BERAKHIR
Begitu banyak kejadian di negeri ini yang menggelitik untuk kita cermati secara bersama mulai dari kasus Antasari seorang ketua KPK sebagai Garda terdepan pemberantasn korupsi yang belum jelas ujung pangkalnya dan siapa dalang dibalik itu semua ,kasus Manohara seorang model biasa awalnya dan kini menjadi selebriti yang selalu tampil di berbagai media elektronik maupun cetak akibat kisah cinta yang melibat kan antar kedua bangsa yang begitu menghebohkan lagi-lagi megusik ketentraman berfikir kita, jatuhnya pesawat-pesawat tempur kita yang sudah usang dimakan usia dan kecelakan transportasi laut,darat dan udara yang tidak sedikit merenggut korban jiwa. tak ketinggalan kasus ambalat yang menggugah rasa nasionalisme kita karena didalamnya banyak sekali tersimpan potensi alam yang sangat luar biasa melimpahnya yang digali dengan tanpa adanya kebocoran bisa menghidupi sekian banyak anak negeri yang butuh makan atau sekedar mencicil hutang kita pada pihak asing alih-alih untuk pembangunan padahal dikorupsi jumlahnya triliunan rupiah . namun tak kalah menarik jika kita cermati kisah ibu prita mulyasari yang terpenjara akibat opini yang ditulisnya dalam bentuk surat elektronik ini seakan kembali mengekang proses berpikir dan penyampaian opini dimuka publik.
Apakah kasus-kasus itu terjadi karena amburadulnya sistim dinegari kita atau orang-orang yang berada didalam sistim itu telah menghianati jabatan yang diberikan rakyat kepadanya ?mungkinkah ada hubungan nya dengan rasa nasionalisme setiap anak bangsa yang perlahan-lahan mulai runtuh menggerogoti jiwa akibat pengaruh sosial dan begitu pasatnya budaya lain merasuki tatanan kehidupan kita? bisa jadi semua itu sangat erat hubungannya dengan permasalahan ekonomi hasil setiran pihak asing yang sampai detik ini belum memihak pada rakyat kecil?
Seakan sudah tidak ada lagi yang menghiraukan sikap saling asah saling asih adan saling asuh sebagai cerminan dan kepribadian kita dahulu kala. Bangsa ini bukan hanya membutuhkan solusi diatas kertas dan sebatas retorika dalam pidato dimimbar-mimbar yang tak jarang membuat mereka bersimpati padahal mereka tak sadar kalau meraka dibodohi dan dibohongi ,Tapi sesungguhnya bangsa ini butuh harga diri dimata siapapun,rakyatnya butuhsembako murah dan bisa makan tiga kali sehari ,mereka butuh transportasi memadai dan terjangkau, mereka menginginkan pelayanan kesehatan yang tidak memanipulasi, mereka mengharapkan pendidikan yang berkualitas,kehidupan sosial dan berbudaya tanpa harus megikuti trend dari bangsa lain tapi menciptakan budaya yang diikuti bangsa lain, terjaminnya keamanan bagi setiap warga negara dalam melakukan segala macam aktifitas yang dapat menghasilkan faktor-faktor ekonomi dan lain sebagainyanya itulah kemandirian yang sesungguhnya....
JANGAN LAGI KAU TIPU BANGSA INI
JANGAN LAGI KAU JUAL ASET NEGARI INI
JANGAN KAU JAJAH BANGSA SENDIRI
JANGN KAU IKUTI HASRAT BERKUASAMU YANG MENDZOLIMI
JIKA BANGSA INI TIDAK KITA URUS DAN SEMUA KITA PERDULI
MAKA SUATU SAAT KITA AKAN BENAR-BENAR MENJADI BANGSA YANG DIPERBUDAK BANGSA-BENGSA LAIN
APAKAH KITA RELA...............................................?
RENUNGKAN DAN PIKIRKANLAH WAHAI ANAK NEGERIKU
( FAHMAN HABIBI )